Bagaimana Proses Oogenesis berlangsung? Mari kita lihat video di bawah ini...
Proses Oogenesis
(Edited by Citra)
Tahapan-Tahapan Proses Oogenesis
Tahapan Pembelahan Oogenesis
Oogenesis dimulai segera
setelah proses fertilisasi, sebagai sel-sel kecambah primodial bermigrasi dari
kantuk telur (yolk sac) ke gonad,
dimana sel-sel tersebut mulai berkembangbiak secara mitosis. Sel-sel kecambah
menjadi berlipat ganda dari hanya beberapa ribu menjadi hingga 7 juta
banyaknya. Sel-sel kecambah tersebut berubah menjadi oosit segera setelah
mereka memasuki tahap dari meiosis beberapa bulan setelah dilahirkan.
Histologi Ovari
Pada minggu-minggu pertama
masa embrional sel kecambah primitif pembentuk gamet jantan dan
betina disebut gonocyt berkembang di kantung kuning telur (yolk sac). Sel-sel kecambah ini
bermigrasi dari kantung kuning telur ke lereng-lereng benih. Oogonia
kemudian berkembang biak secara mitosis setelah proses
diferensiasi kelamin dan memasuki profasedari
pembelahan meiosis yang pertama dimana sel-sel tersebut dinamakan oosit. Oosit kemudian ditahan dari profase I hingga pubertas.
Pada saat pubertas, antara 4 hingga 10 folikel mulai berkembang walaupun
hanya 1-2 yang benar dilepaskan. Di
sekitar setiap oosit terdapat zona pellucida, membran granulosa, dan lapisan
sel theca. Selain itu pertumbuhan oosit ditandai dengan pembesaran sitoplasma karena
penumpukan granula deutoplasma, dan proliferasi folikuler epitel. Sel-sel
folikuler ini dapat berfungsi sebagai pemberi nutrisi bagi oosit. Setiap oosit menyelesaikan
pembelahan meiosis pertama, membentuk oosit sekunder dan badan polar. Hal
tersebut menimbulkan mulainya siklus meiosis dan ditahan pada metafase II, yang
pada tahap ini, oosit tersebut dilepaskan dari ovari pada proses ovulasi. Oosit
tidak akan menyelesaikan siklus meiosis sampai bertemu dengan sperma.
Untuk lebih jelasnya, pertumbuhan oosit terbagi menjadi dua fase, yaitu:
Histologi Ovari
Sumber: http://aff.fkh.ipb.ac.id/
a.
Fase pertama
Oosit tumbuh cepat dan berhubungan erat dengan pertumbuhan folikel ovari. Ukuran dewasanya tercapai kira-kira pada waktu pertumbuhan antrum dimulai dalam folikel.
Oosit tumbuh cepat dan berhubungan erat dengan pertumbuhan folikel ovari. Ukuran dewasanya tercapai kira-kira pada waktu pertumbuhan antrum dimulai dalam folikel.
b.
Fase kedua
Oosit tidak bertambah
besar, sedangkan folikel
ovari yang berespon terhadap hormon-hormon hypofisa bertambah besar
diameternya. Selama fase terakhir pertumbuhan folikel, oosit
mengalami pematangan. Nukleus yang telah memasuki profase pembelahan meiotik
selama pertumbuhan oosit bersiap-siap menjalani pembelahan reduksi. Nukleoli
dan selaput inti menghilang dan kromosom memadatkan diri menjadi suatu bentuk
yang kompak. Sentrosom membagi diri menjadi dua sentriol dan di sekitarnya
terbentuk aster. Kedua aster tersebut bergerak saling menjauhi dan membentuk
spindel di antaranya.
Kromosom dalam pasangan diploid dibebaskan dalam sitoplasma dan tersusun
dalam dataran katulistiwa spindle (metafase I). Oosit primer kini
mengalami pembelahan meiotik. Pada pembelahan pertama ini dua sel anak
terbentuk yaitu: oosit sekunder yang mengambil hampir seluruh sitoplasma, dan
badan polar yang ukurannya jauh lebih kecil. Pada pembelahan sel kedua, oosit
sekunder membagi diri menjadi ootid dan badan kutub kedua. Kedua badan kutub,
mengandung sangat sedikit sitoplasma dan terjebak dalam zona pelusida dan
kemudian mengalami regenerasi. Badan kutub tersebut dapat membagi diri lagi
sehingga dalam zona pelusida dapat berisi satu, dua, atau tiga zona
pelusida.
Oosit biasanya berada pada tingkat diploten dari profase I selama
diestrus, segera sebelum ovulasi, oosit mungkin mengalami pembelahan meiotik
pertama. Pembelahan meiotik kedua mulai terjadi tetapi tidak terselesaikan
apabila tidak terjadi pembuahan. Jadi badan kutub kedua terjadi pada waktu
pembuahan. Oosit terus berkembang sampai pembuahan dan menjadi zigot. Pada
proses oogenesis satu oosit primer berkembang menjadi satu ovum (Toelihere,
1993).
Pembentukan ovum seringkali
melibatkan penambahan volume sel di samping perolehan struktur organellar yang
menyesuaikan telur untuk penerimaan inti sel sperma, dan menyokong dari embrio
awal. Pada bagian histologi, struktur dari oosit sering muncul secara acak tetapi
sebagai pemahaman dari kandungan kimia dan penambahan organisasi struktural,
sebuah perintah mulai timbul.
Struktur Ovum
Sumber: http://www.tutorvista.com/
Minggu Kehamilan
|
Tahapan
|
Jumlah sel-sel kecambah (germ cells)
|
3/4
|
sel-sel kecambah primordial pada entoderm dari
kantung kuning telur (yolk sac)
|
|
5-6
|
sel-sel premeiosis: oogonia
|
∼10000
|
8
|
perkembangbiakan karena mitosis
|
600000
|
8-20
|
mitosis, meiosis, atresia, maksimum pada minggu
ke-20
|
6-7000000
|
20-40
|
pengurangan oosit (80% dari sel-sel kecambah
hilang)
|
1-2000000
|
lahir-pubertas
|
oosit ke depannya hilang karena atresia
|
300000
|
Model Folikel
yang Tidak Berkembang pada Ovarium Manusia
Satu keistimewaan penting dari diferensiasi oosit adalah pengurangan
pelengkap kromosom dari bagian diploid sel-sel somatik menjadi bagian haploid
dari gamet. Fusi dengan genom haploid sperma akan memperbaiki jumlah kromosom
diploid normal hingga zigot. Pembelahan meiosis yang mengurangi kandungan
kromosom oosit terjadi setelah diferensiasi struktur oosit lengkap, seringkali
setelah fertilisasi. Tidak seperti pembentukan sperma, pada yang dua pembelahan
meiosis menghasilkan empat sel anak yang ekuivalen, sitoplasma oosit terbagi
secara tidak sama, sehingga tiga badan polar memproduksi sitoplasma dan satu
oosit merupakan hasil akhir. Secara umum, setiap oosit yang fertil memproduksi
sebuah embrio, tetapi ada pengecualian. Kembar identik, contohnya, lahir dari
telur fertil yang sama.
Sitoplasma telur juga terdiri dari
simpanan besar RNA dalam bentuk RNAm dan RNAt. Semua RNA tersebut tersebut
mengatur sintesis protein pada embrio awal dan boleh memiliki pengaruh tegas
pada rangkaian perkembangan.
Book Reference:
Fried, H.
George dkk.(2005). Schaum’s Outlines BIOLOGI edisi kedua. Jakarta:
ERLANGGA
Campbell,
dkk.(2004). Biologi Edisi ke 5 Jilid III. Jakarta : Erlangga
Pratiwi,
D.A. (1996). Biologi 2. Jakarta. Erlangga
Syahrum, H.
M. (1994). Reproduksi dan Embriologi. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Pujiyanto,
S. (2008). Biologi untuk SMA Kelas XI. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri
Reference:
Post a Comment