OOGENESIS PADA MANUSIA (2)

Materi ini diposting oleh Citra S.R
 
Bagaimana Proses Oogenesis berlangsung? Mari kita lihat video di bawah ini...

                                      
 Proses Oogenesis
(Edited by Citra)


Tahapan-Tahapan Proses Oogenesis
Tahapan Pembelahan Oogenesis

Oogenesis dimulai segera setelah proses fertilisasi, sebagai sel-sel kecambah primodial bermigrasi dari kantuk telur (yolk sac) ke gonad, dimana sel-sel tersebut mulai berkembangbiak secara mitosis. Sel-sel kecambah menjadi berlipat ganda dari hanya beberapa ribu menjadi hingga 7 juta banyaknya. Sel-sel kecambah tersebut berubah menjadi oosit segera setelah mereka memasuki tahap dari meiosis beberapa bulan setelah dilahirkan.
Histologi Ovari

Pada minggu-minggu pertama masa embrional sel kecambah primitif pembentuk gamet jantan dan betina disebut gonocyt berkembang di kantung kuning telur (yolk sac). Sel-sel kecambah ini bermigrasi dari kantung kuning telur ke lereng-lereng benih. Oogonia kemudian berkembang biak secara mitosis setelah proses diferensiasi kelamin dan memasuki profasedari pembelahan meiosis yang pertama dimana sel-sel tersebut dinamakan oosit. Oosit kemudian ditahan dari profase I hingga pubertas.
Pada saat pubertas, antara 4 hingga 10 folikel mulai berkembang walaupun hanya 1-2 yang benar dilepaskan. Di sekitar setiap oosit terdapat zona pellucida, membran granulosa, dan lapisan sel theca. Selain itu pertumbuhan oosit ditandai dengan pembesaran sitoplasma karena penumpukan granula deutoplasma, dan proliferasi folikuler epitel. Sel-sel folikuler ini dapat berfungsi sebagai pemberi nutrisi bagi oosit. Setiap oosit menyelesaikan pembelahan meiosis pertama, membentuk oosit sekunder dan badan polar. Hal tersebut menimbulkan mulainya siklus meiosis dan ditahan pada metafase II, yang pada tahap ini, oosit tersebut dilepaskan dari ovari pada proses ovulasi. Oosit tidak akan menyelesaikan siklus meiosis sampai bertemu dengan sperma.
Untuk lebih jelasnya, pertumbuhan oosit terbagi menjadi dua fase, yaitu:
Histologi Ovari
a.       Fase pertama
        Oosit tumbuh cepat dan berhubungan erat dengan pertumbuhan folikel ovari. Ukuran dewasanya tercapai kira-kira pada waktu pertumbuhan antrum dimulai dalam folikel.
b.      Fase kedua
Oosit tidak bertambah besar, sedangkan folikel ovari yang berespon terhadap hormon-hormon hypofisa bertambah besar diameternya. Selama fase terakhir pertumbuhan folikel, oosit mengalami pematangan. Nukleus yang telah memasuki profase pembelahan meiotik selama pertumbuhan oosit bersiap-siap menjalani pembelahan reduksi. Nukleoli dan selaput inti menghilang dan kromosom memadatkan diri menjadi suatu bentuk yang kompak. Sentrosom membagi diri menjadi dua sentriol dan di sekitarnya terbentuk aster. Kedua aster tersebut bergerak saling menjauhi dan membentuk spindel di antaranya. 
Kromosom dalam pasangan diploid dibebaskan dalam sitoplasma dan tersusun dalam dataran katulistiwa spindle (metafase I). Oosit primer kini mengalami pembelahan meiotik. Pada pembelahan pertama ini dua sel anak terbentuk yaitu: oosit sekunder yang mengambil hampir seluruh sitoplasma, dan badan polar yang ukurannya jauh lebih kecil. Pada pembelahan sel kedua, oosit sekunder membagi diri menjadi ootid dan badan kutub kedua. Kedua badan kutub, mengandung sangat sedikit sitoplasma dan terjebak dalam zona pelusida dan kemudian mengalami regenerasi. Badan kutub tersebut dapat membagi diri lagi sehingga dalam zona pelusida dapat berisi satu, dua, atau tiga zona pelusida. 
Oosit biasanya berada pada tingkat diploten dari profase I selama diestrus, segera sebelum ovulasi, oosit mungkin mengalami pembelahan meiotik pertama. Pembelahan meiotik kedua mulai terjadi tetapi tidak terselesaikan apabila tidak terjadi pembuahan. Jadi badan kutub kedua terjadi pada waktu pembuahan. Oosit terus berkembang sampai pembuahan dan menjadi zigot. Pada proses oogenesis satu oosit primer berkembang menjadi satu ovum (Toelihere, 1993).
Pembentukan ovum seringkali melibatkan penambahan volume sel di samping perolehan struktur organellar yang menyesuaikan telur untuk penerimaan inti sel sperma, dan menyokong dari embrio awal. Pada bagian histologi, struktur dari oosit sering muncul secara acak tetapi sebagai pemahaman dari kandungan kimia dan penambahan organisasi struktural, sebuah perintah mulai timbul.
Struktur Ovum


    Minggu Kehamilan
Tahapan 
      Jumlah sel-sel kecambah (germ cells)
3/4
      sel-sel kecambah primordial pada entoderm dari kantung kuning telur (yolk sac)

5-6
      sel-sel premeiosis: oogonia
10000
8
      perkembangbiakan karena mitosis
600000
8-20
      mitosis, meiosis, atresia, maksimum pada minggu ke-20
6-7000000
20-40
     pengurangan oosit (80% dari sel-sel kecambah hilang)
1-2000000
   lahir-pubertas
       oosit ke depannya hilang karena atresia
300000
Sumber: Αnastasios A. Argyriou Ph.D

Model Folikel yang Tidak Berkembang pada Ovarium Manusia

Satu keistimewaan penting dari diferensiasi oosit adalah pengurangan pelengkap kromosom dari bagian diploid sel-sel somatik menjadi bagian haploid dari gamet. Fusi dengan genom haploid sperma akan memperbaiki jumlah kromosom diploid normal hingga zigot. Pembelahan meiosis yang mengurangi kandungan kromosom oosit terjadi setelah diferensiasi struktur oosit lengkap, seringkali setelah fertilisasi. Tidak seperti pembentukan sperma, pada yang dua pembelahan meiosis menghasilkan empat sel anak yang ekuivalen, sitoplasma oosit terbagi secara tidak sama, sehingga tiga badan polar memproduksi sitoplasma dan satu oosit merupakan hasil akhir. Secara umum, setiap oosit yang fertil memproduksi sebuah embrio, tetapi ada pengecualian. Kembar identik, contohnya, lahir dari telur fertil yang sama. 
Sitoplasma telur juga terdiri dari simpanan besar RNA dalam bentuk RNAm dan RNAt. Semua RNA tersebut tersebut mengatur sintesis protein pada embrio awal dan boleh memiliki pengaruh tegas pada rangkaian perkembangan.

Book Reference:
Fried, H. George dkk.(2005). Schaum’s Outlines BIOLOGI edisi kedua. Jakarta: ERLANGGA
Campbell,  dkk.(2004). Biologi Edisi ke 5 Jilid III. Jakarta : Erlangga
Pratiwi, D.A. (1996). Biologi 2. Jakarta. Erlangga
Syahrum, H. M. (1994). Reproduksi dan Embriologi. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Pujiyanto, S. (2008). Biologi untuk SMA Kelas XI. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri 

Reference: 
Share this article :

Post a Comment

 
Copyright © 2008-2013. Have Fun Learning Biology
Proudly powered by Blogger