Bagaimana Spermatogenesis itu berlangsung? Let's check this video!
Pengaruh Hormon-Hormon dalam
Spermatogenesis
Proses spermatogenesis sangat dipengaruhi oleh kerja
berbagai hormon yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior, juga oleh
hormon lain yang dihasilkan testes melalui mekanisme umpan balik negatif
(Pujiyanto, 2008). Mula-mula, hipotalamus mengeluarkan faktor pelepas yang
menstimulasi kelenjar hipofisis anterior untuk menyekresi FSH dan hormon
lutein. Selanjutnya FSH merangsang sel-sel Sertoli pada testis untuk
menghasilkan androgen binding protein (ABP). Adapun LH merangsang
sel-sel Leydig untuk menyekresi hormon testosteron. Testosteron dan FSH secara
bersama-sama mengendalikan pembentukan sperma selanjutnya.
Regulasi Hormon pada Pria
Sumber: http://biodewi.webs.com/kelenjarkelamin.htm
Hypothalamus
|
→
|
GnRH
|
→
|
Pituitary
|
→
|
LH
|
→
|
Testes
|
→
|
Testosterone
|
Untuk penjelasan lebih jelas, hormon-hormon yang berpengaruh
dalam proses pembentukan spermatozoa adalah sebagai berikut:
1. Testosteron
Testosteron adalah hormon yang bertanggung jawab terhadap
pertumbuhan seks sekunder pria seperti pertumbuhan rambut di wajah (kumis dan
jenggot), pertambahan massa otot, dan perubahan suara. Hormon ini diproduksi di
testis, yaitu di sel Leydig. Produksinya dipengaruhi oleh FSH (Follicle
Stimulating Hormone), yang dihasilkan oleh hipofisis. Hormon ini penting
bagi tahap pembelahan sel-sel germinal untuk membentuk sperma, terutama
pembelahan meiosis untuk membentuk spermatosit sekunder. Hormon ini berfungsi
merangsang perkembangan organ seks primer pada saat embrio, mempengaruhi
perkembangan alat reproduksi dan ciri kelamin sekunder serta mendorong
spermatogenesis.
2. Follicle
Stimulating Hormone/FSH
Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior. FSH
berfungsi untuk merangsang sel Sertoli menghasilkan ABP (Androgen Binding
Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk memulai proses
spermatogenesis. Proses pemasakan spermatosit menjadi spermatozoa disebut spermiogenesis.
Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan membutuhkan waktu selama 2 hari.
3. Luteinizing
Hormone/LH
Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior.
Fungsi LH adalah merangsang sel Leydig untuk menghasilkan hormon testosteron.
Pada masa pubertas, androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin
sekunder. Pada pria, awal pubertas antara usia 13 sampai 15 tahun terjadi
peningkatan tinggi dan berat badan yang relatif cepat bersamaan dengan
pertambahan lingkar bahu dan pertambahan panjang penis dan testis. Rambut pubis
dan kumis serta jenggot mulai tumbuh. Pada masa ini, pria akan mengalami “mimpi
basah”.
4. Estrogen
Estrogen dibentuk oleh sel-sel Sertoli ketika distimulasi
oleh FSH. Sel-sel Sertoli juga mensekresi suatu protein pengikat androgen yang
mengikat testoteron dan estrogen serta membawa keduanya ke dalam cairan pada tubulus
seminiferus. Kedua hormon ini tersedia untuk pematangan sperma.
5. Hormon
Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur metabolisme
testis. Hormon pertumbuhan secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada
spermatogenesis.
6. Hormon
Gonadotropin
Hormon gonadotropin dihasilkan oleh hipotalamus. Hormon ini
berfungsi untuk merangsang kelenjar hipofisa bagian depan (anterior) agar
mengeluarkan hormon FSH dan LH.
Tahapan-Tahapan
Spermatogenesis
Spermatogenesis merupakan proses yang kompleks,
terbagi menjadi beberapa tahap. Berikut tahap pembentukan spermatozoa yang
dibagi atas tiga tahap yaitu :
Tahapan-Tahapan Spermatogenesis
1. Tahapan
Spermatocytogenesis
Spermatocytogenesis merupakan spermatogonia yang mengalami
mitosis berkali-kali yang akan menjadi spermatosit primer. Spermatogonia
merupakan struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi (membelah) dengan
cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan
berkembang menjadi spermatosit primer. Spermatogonia yang bersifat diploid
(2n atau mengandung 23 kromosom berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel
germinal yang disebut spermatogonia tipe A. Spermatogonia tipe A membelah
secara mitosis menjadi spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali
membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih bersifat
diploid. Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya
dan mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu
spermatosit sekunder.
2. Tahapan
Meiosis
Spermatosit primer menjauh dari lamina basalis, sitoplasma
makin banyak dan segera mengalami meiosis I menghasilkan spermatosit
sekunder yang n kromosom (haploid). Spermatosit sekunder kemudian membelah
lagi secara meiosis II membentuk empat buah spermatid yang haploid juga.
Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang lengkap
terpisah, tapi masih berhubungan lewat suatu jembatan (Interceluler bridge).
Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.
3. Tahapan
Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid
menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu fase golgi, fase tutup
(cap), fase akrosom, dan fase pematangan. Hasil akhir berupa empat
spermatozoa (sperma) masak. Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid
memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun, setelah spermatid mulai
memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala dan
ekor. Pembentukan spematid sebagai hasil dari bagian pematangan (maturation)
merupakan sel dengan organel-organel di dalamnya. Dalam bentuk ini, sel tidak
dapat berperan sebagai sel gamet. Banyak perubahan yang ikut serta untuk
merubah dari spermatid non-motil menjadi spermatozoa motil. Tujuan utama adanya
perubahan untuk menambah motilitas sperma. Perubahan-perubahannya yaitu:
·
Inti
sel menyusut karena kehilangan air dan DNA menjadi padat.
·
Sebuah
akrosom dibentuk dari kompleks golgi.
·
Sebuah
filamen aksial ekor dari spermatozoa dibentuk dari sentriol distal spermatid.
· Sebuah
cincin mitokondria dibentuk dari mitokondria disekitar sentriol distal dan
dinamakan sebagai nebenkern.
· Banyak
sitoplasma dari spermatid menghilang dan sitoplasma yang tertinggal membentuk
sebuah tudung sekitar spiral mitokondria. Tudung ini disebut manchette.
Spermiogenesis
Selama
proses diferensiasi, perkembangan sperma memiliki kepala yang melekat dalam sel
sertoli, yang dianggap untuk menyediakan nutrisi untuk perkembangan sperma,
karena sitoplasma mereka terdiri dari simpanan yang banyak dari glikogen yang
berkurang seperti spermatid matang. Tidak ada bukti langsung untuk fungsi
nutrisi, tetapi beberapa bentuk sterilitas pria dihubungkan dengan kegagalan
produksi normal sel-sel sertoli. Mikroskop elektron telah menangkap membran
plasma yang jelas sekitar dua tipe sel pada poin koneksi, dan hubungan sel
sertoli-spermatid tidak sinkron seperti yang dianggap. Pada semua tahap
diferensiasi, sel-sel spermatogenik ada dalam koneksi yang dekat dengan sel-sel
sertoli. Sebuah sel sertoli memperluas dari membran dasar ke lumen tubulus
seminiferus, meskipun proses sitoplasmik sulit untuk dibedakan dengan mikroskop
cahaya. Hasil akhir proses ini adalah sel-sel sperma dewasa yaitu spermatozoa.
Karena terjadi pemisahan pasangan kromosom, suatu sel sperma akan mengandung
kromosom separuh dari induknya (44+XY) yaitu kemungkinan 22+X atau 22+Y.
Keseluruhan proses spermatogenesis - spermiogenesis normal pada pria memerlukan
waktu 60-70 hari.
Book
Reference:
Fried, H. George dkk.(2005). Schaum’s Outlines
BIOLOGI edisi kedua. Jakarta: ERLANGGA
Campbell, dkk.(2004). Biologi Edisi ke 5
Jilid III. Jakarta : Erlangga
Pratiwi, D.A. (1996). Biologi 2. Jakarta.
Erlangga
Syahrum, H. M. (1994). Reproduksi dan
Embriologi. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Pujiyanto, S. (2008).
Biologi untuk SMA Kelas XI. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Reference:
http://www.univsul.org/Dosekan_Wanekan_D/L%202%20Gametogenesis.pdf
Post a Comment